Selasa, 10 Januari 2017
A. Management By
Exception ( MBE )
MBE atau prinsip pengecualian, dengan titik perhatian pada
pengawasan yang paling kritis dan mempersilahkan karyawan atau manajemen tingkat
rendah untuk membuat variasinya. Ini digunakan untuk operasi-operasi yang
bersifat otomatis dan rutin.
Manajemen oleh Exception merupakan kebijakan "dimana
manajemen mencurahkan banyak waktu untuk menyelidiki hanya situasi di mana
hasil aktual berbeda secara signifikan dari hasil yang direncanakan. Ide
dasarnya adalah manajemen yang harus menghabiskan waktu yang berharga yang
berkonsentrasi pada item yang lebih penting (seperti membentuk perusahaan
Perhatian masa depan tentu saja strategis). yang diberikan hanya kepada
penyimpangan bahan memerlukan penyelidikan. " [1]
Hal ini tidak sepenuhnya identik dengan konsep manajemen
pengecualian dalam bahwa ia menjelaskan kebijakan mana fokus mutlak pada
manajemen pengecualian, berbeda dengan penerapan manajemen pengecualian
moderat.
Dalam Manajemen Proyek, Manajemen implikasi oleh Eksepsi
adalah bahwa papan proyek harus memenuhi ketika keputusan-keputusan kunci
tentang proyek harus diambil, dan tidak pada interval teratur. Manajer proyek
harus menghasilkan Laporan Pengecualian untuk memanggil dewan untuk pertemuan
tersebut [2].
Jenis manajemen dapat menjadi kuat jika diperlukan untuk
memproses banyak data untuk membuat keputusan manajerial. Masalah dengan
kebijakan ini adalah bahwa hal itu dapat mengakibatkan perilaku rabun. Perilaku
ini menunjukkan bahwa manajemen yang lebih rendah pergeseran tujuan dari
menjalankan bisnis yang sukses dalam lingkungan dunia nyata, untuk makan
auditor terpusat dan manajer dengan data keuangan yang akan diinterpretasikan
sebagai dalam. Dalam situasi ini, seorang manajer perusahaan mungkin menjual
aset seperti peralatan (penting untuk produktivitas jangka panjang) untuk
memanipulasi rasio akuntansi yang digunakan dalam menentukan pengecualian.
Dengan demikian, manajemen yang lebih rendah dalam beberapa kasus dapat
menghindar yang ditandai sebagai pengecualian, sehingga merugikan jangka
panjang pabrik mereka mengelola.
B. Pengertian
Pengawasan
Pada dasarnya rencana dan pelaksanaan merupakan satu
kesatuan tindakan, walaupun hal ini jarang terjadi. Pengawasan diperlukan untuk
melihat sejauh mana hasil tercapai dan bertujuan menurut konsep sistem adalah
mempertahankan hasil atau output yang sesuai syarat-syarat sistem.
Menurut Robert J. Mockler pengawasan yaitu usaha sistematik
menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan
dan mengukur deviasi-deviasai dan mengambil tindakan koreksi yang menjamin
bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan
efisien.
Tidak jauh berbeda dengan yang diutarakan oleh pakar diatas,
Murdick mendefinisikan pengawasan yaitu proses dasar yang secara esensial teta
diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi yang terdiri dari
tiga tahap 1) menetapkan standar pelaksanaan, 2) pengukuran pelaksanaan
pekerjaan dibandingkan dengan standar, dan 3) menemntukan kesenjangan antara
pelaksanaan dengan standard an rencana.
C. Bentuk Bentuk Pengawasan
1. Pengawasan Pendahulu (feeforward control, steering
controls)
Dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan
memungkinkan koreksi dibuat sebelum kegiatan terselesaikan. Pengawasan ini akan
efektif bila manajer dapat menemukan informasi yang akurat dan tepat waktu
tentang perubahan yang terjadi atau perkembangan tujuan.
2. Pengawasan Umpan Balik (feedback control, past-action
controls)
Yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan,
guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan
standar.
3. Cuncarent ( Concurent Controll ),
Yaitu pengawasn “ Ya-Tidak”, dimana suatu aspek dari
prosedur harus memenuhi syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna
menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
D. Tahap Proses Pengawasan
1. Tahap Penetapan Standar
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target
pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan
keputusan. Bentuk standar yang umum yaitu :
a. standar phisik.
b. standar moneter
c. standar waktu
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan secara tepat
3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang
berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel.
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa
Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan
dan menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat
pengambilan keputusan bagai manajer.
5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan,
maka perlu adanya perbaikan dalam pelaksanaan.
E. Perancangan
Proses Pengawasan
William H. Newman menetapkan prosedur sistem pengawasan,
dimana dilakukan lima jenis pendekatan antara lain :
1. Merumuskan hasil
diinginkan, yang dihubungkan dengan individu yang melaksanakan.
2. Menetapkan
petunjuk, dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki penyimpangan sebelum
kegiatan diselesaikan, yaitu dengan
a. Pengukuran input
b. Hasil pada tahap awal
c. Gejala yang dihadapi
d. Kondisi perubahan yang diasumsikan
3. Menetapkan standar petunjuk dan hasil, dihubungkan dengan
kondisi yg dihadapi.
4. Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik, dimana
komunikasi pengawasan didasarkan pada prinsip manajemen by exception yaitu
diberi informasi bila terjadi penyimpangan dari standar.
5. Menilan informasi dan
mengambil tindakan koreksi, bila perlu tindakan diganti.
F. Management
Information Sytem ( MIS )
Ini memainkan peranan penting dalam pengawasan dan
perencanaan yang efektif. Pengertian MIS yaitu suatu metoda informal pengadaan
dan penyediaan bagi manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan
tepat waktu untuk membuat proses pembuatan keputusan dan memungkinkan
fungsi-fungsi perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi yang dilaksanakan
secara efektif.
Tahap Perancangan dari MIS yaitu :
1. Survei
pendahuluan dan perumusan masalah
2. Desain
Konsepsual
3. Desain
Terperinci
4. Implementasi
akhir
Agar MIS berjalan efektif maka harus memenuhi lima kriteria,
yaitu :
a.
Mengikutsertakan pemakai dalam tim perancanngan
b.
Mempertimbangkan secara hati hati biaya system
c. Memperlakukan
Informasi yang relevan dan terseleksi
d. Adanya
pengujian Pendahuluan
e. Menyediakan
Latihan dan dokimentasi tertulis bagi para operato dan pemakai system.
Sumber
Sumber
- http://chuzy-ballack.blogspot.co.id/2012/06/manajemen-by-exception.html