Archive for November 2016
NAMA : FIKRIAWAN AKMAL DAVITO
NPM :32116836
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2016/2017
KORDINASI YANG EFEKTIF DALAM ORGANISASI
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul KOORDINASI YANG EFEKTIF di susun dalam rangka melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Umum.
Koordinasi yang efektif sangat diperlukan dalam organisasi. Karena tanpa adanya koordinasi yang efektif maka pelaksanaan tugas-tugas dalam organisasi tidak dapat berjalan dengan lancar dan akhirnya dapat merugikan organisasi itu sendiri. Dengan makalah ini kami akan memaparkan tentang koordinasi yang efektif dalam organisasi.
Tiada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mohon maaf yang setulus-tulusnya dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Sehinnga kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
Akhir kata kami berharap agar makalah ini berguna bagi semua pihak dalam memberi informasi tentang koordinasi yang efektif sehingga tercapai segala tujuan organisasi yang hendak dicapai.
Depok, November 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Perumusan Masalah
I.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Pengertian koordinasi
II.2 Kebutuhan akan koordinasi
II.3 Masalah-masalah Pencapaian Koordinasi yang Efektif
II.4 Pendekatan – Pendekatan untuk mencapai Koordinasi yang Efektif
- Teknik – Teknik Manajemen Dasar
- Meningkatkan Potensial Koordinasi
- Pengurangan Kebutuhan Koordinasi
III.1Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Didalam organisasi dibutuhkan koordinasi. Koordinasi sendiri di definisikan sebagai proses penyatuan tujuan-tujuan organisasi dan kegiatan pada tingkat satu satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Koordinisasi yang efektif dalam organisasi diperlukan karena tanpa adanya koordinasi maka setiap anggota dalam organisasi tidak memiliki pegangan mana yang harus diikiti, yang akhirnya akan merugikan organisasi itu sendiri.
Sebelumnya kita harus mengerti arti kata organisasi. Di mana kata “organisasi“ mempunyai dua pengertian umum. Pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti organisasi perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintahan, atau suatu perkumpulan olahraga. Pengertian kedua berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu cara dalam mana kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien. Di dalam sebuah organisasi diperlukan adanya sebuah koordinasi antara manajer dan bawahannya untuk kelangsungan organisasi itu sendiri.
I.2 Perumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat di rumuska beberapa permasalahan sebagai berikut :
- Bagaiaman kebutuhan akan koordinasi dalam organisasi ?
- Bagaimana masalah-masalah yang akan timbul dalam pencapaian koordinasi yang efektif?
- Bagaimana pendekatan-pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif ?
- Bagaimana cara meningkatkan koordinasi potensial ?
- Apa saja yang penyebab pengurangan kebutuhan akan koordinasi ?
Dalam penyusunan makalah ini tujuan yang akan dicapai adalah sebagai berikut.
- Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui apa saja kebutuhan dalam koordinasi.
- Mahasiswa mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pencapaian koordinasi yang efektif.
- Mahasiswa dapat mengetahui pendekatan-pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif.
- Mahasiswa mengetahui cara-cara apa saja yang dapat meningkatkan koordinasi potensial.
- Mahasiswa dapat mengetahui penyebab pengurangan kebutuhan akan koordinasi.
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Koordinasi
Koordinasi didefinisikan sebagai proses pengintegrasian ( penyatuan ) tujuan dan kegiatan perusahaan pada satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Koordinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawan, sebab tanpa koordinasi setiap karyawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, yang akhirnya akan merugikan organisasi itu sendiri.
Pedoman Koordinasi
- Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna menghindari tiap bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang telah ada dalam setiap bagian, ingat bahwa organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang punya kebutuhan dan keinginan berbeda.
- Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan yang saling mengisi dan memberi.
- Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan yang saling menyambung, selalu terjadi, selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan dengan kegiatan sebelumnya.
- Koordinasi harus menggunakan pendekatan multi instansional, dengan ujud saling memberikan informasi yang relevan untuk menghindarkan saling tumpang tindih tugas yang satu dengan tugas yang lain.
Untuk melihat kemampuan seorang manajer sebagai pemimpin ( atasan ) dalam melakukan koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahan yang ada dalam tanggung jawabnya, yang dikenal sebagai rentang manajemen. Koodinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawannya,sebab tanpa koordinasi setiap karyawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, sehingga akan merugikan organisasi itu sendiri.
Dengan koordinasi diharapkan keharmonisan atau keserasian seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tiap departemen atau perusahaan atau bagian menjadi seimbang dan selaras. Koordinasi merupakan usaha untuk menciptakan keadaan yang berupa tiga S,yaitu serasi,selaras dan seimbang. Kebutuhan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat ketergantungan dari tiap satuan pelaksanaan.
Prinsip rentang manajemen berkaitan erat dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh manajer atau atasan. Antara rentang manajemen dan koordinasi saling berhubungan erat. Ada anggapan bahwa semakin besar jumlah rentangan semakin sulit untuk mengkoordinasikan kegiatan bawahan secara efektif.
Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi seperti diungkapkan oleh James D. Thompson (Handoko, 2003:196), yaitu:
- Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence)
- Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece)
- Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence)
Diagram Tiga macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi
|
Agar wewenang yang dimiliki oleh seorang pemimpin dapat di taati oleh bawahan maka diperlukan adannya:
- Kekuasaan ( power ) yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok, keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi dua yaitu :
- Kekuasaan posisi ( position power ) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
- Kekuasaan pribadi ( personal power ) berasal dari para pengikut dan
didasarkan pada seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan
merasa terikat pada pimpinan.
Menurut sumbernya wewenang dibagi menjadi :
- Kekuasaan balas jasa ( reward power ) berupa uang, suaka, perkembangan karier dan sebagainya yang diberikan untuk melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
- Kekuasaan paksaan ( Coercive power ) berasal dari apa yang dirasakan oleh seseorang bahwa hukuman ( dipecat, ditegur, dan sebagainya ) akan diterima bila tidak melakukan perintah,
- Kekuasaan sah ( legitimate power ) Berkembang dari nilai-nilai intern karena seseorang tersebut telah diangkat sebagai pemimpinnya.
- Kekuasaan pengendalian informasi ( control of information power ) berasal dari pengetahuan yang tidak dipercaya orang lain, ini dilakukan dengan pemberian atau penahanan informasi yang dibutuhkan.
- Kekuasaan panutan ( referent power ) didasarkan atas identifikasi orang dengan pimpinan dan menjadikannya sebagai panutan.
- Kekuasaan ahli ( expert power ) yaitu keahlian atau ilmu pengetahuan seseorang dalam bidangnya.
- Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab ( responsibility yaitu kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil.
- Pengaruh ( influence ) yaitu transaksi dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan harapan orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.
Empat tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja di antara bermacam-macam individu dan departemen-departemen dalam organisasi menurut Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch adalah:
- Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
- Perbedaan dalam oriantasi waktu
- Perbedaan dalam orientasi antar pribadi.
- Perbedaan dalam formalitas struktur.
II.4 Pendekatan – pendekatan untuk mencapai koordinasi yang efektif
Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi. Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Pada dasarnya koordinasi merupakan pemrosesan informasi. Terdapat tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif, yaitu:
- Teknik-Teknik Manajemen Dasar
Mekanisme teknik manajemen dasar
ü Hirarki manajerial.
Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenag formal, hubungan tanggung jawab dan akuntanbilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.
ü Aturan dan prosedur.
Adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani kejadian-kejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
ü Rencana dan penetapan tujuan.
Pengembangannya dapat digunakan untuk pengoordinasian melalui pengarah seluruh satuan orgaisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama. Ini diperlukan bila aturan dan prosedur tidak mampu lagi memproses seluruh informasi yang dibutuhkan untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan satuan-satuan oraganisasi.
- Meningakatkan koordinasi potensial
. Koordinasi ini dapat di tingkatkan melalui dua cara, yaitu :
- Sistem informasi vertikal.
- Hubungan-hubungan lateral (harizontal).
Beberapa hubungan lateral, yaitu:
ü Kontak langsung antara individu-individu yang dapat meningkatakan efektivitas dan efisiensi kerja.
ü Peranan penghubung, yang menangani komunikasi antar departemen sahingga mengurangi panjangnya saluran komunikasi.
ü Panitnya dan satuan tugas. Panitnya biasanya diorganisasi secara formal dengan pertemuan yang dijadwalkan teratur. Satuan tugas dibentuk bila dibutuhkan untuk masalah-masalah khusus.
ü Pengintegrasian peranan-peranan, yang dilakukan oleh misal manajer produk atau proyek, perlu diciptakan bila suatu produk, jasa atau proyek khusus memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi dan perhatian yang terus menerus dari seseorang.
ü Peranan penghubung manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui perumusan anggaran oleh satuan-satuan yang diintegrasikan dan implementasinya. Ini diperlukan bila posisi pengintegrasian yang dijelaskan pada d di atas tidak secara efektif mengoordinasikan tugas tertentu.
ü Organisasi matriks, suatu mekanisme yang sangat baik bagi penanganan dan penyelesaian proyek-proyek yang kompleks.
- Metoda Pengurangan Kebutuhan akan Koordinasi
- Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan.
- Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri.
Diagram Tiga Pendekatan untuk koordinasi yang efektif: metoda-metoda bagi manajer.
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Koordinasi sangatlah dibutuhkan dalam setiap organisasai ataupun kelompok apapun, demi tercapainya segala tujuan yang hendak dicapai. Komunikasi merupakan suatu kunci utama dalam tercapainya suatu koordinasi yang efektif. Pada dasarnya koordinasi merupakan suatu pemrosesan informasi. Di sini peranan menejer sangat dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya dalam bidang pengontrolan, pengawasan dan evaluasi. Kedekatan hubungan dan kelancaran informasi antara menejer dengan bawahan pun juga sangat perlu diperhatikan agar dalam pelakasanaan tugas tidak terdapat kesalahan informasi (miss comunications) ataupun tekanan dalam bekerja.
Sehingga dengan koordinasi yang baik dapat mempermudah suatu organisasi menjadi lebih maju karena tercapainya tujuan dari organisasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. www. Google.com
2. James. A.F. Stoner, dan R. Edward Freeman, Management, Edisi Kelima, Jakarta: Intermedia, Prentice Hall.
3. Harold Koontz / Cyril O’Donnell /Heinz Weihrich, Management, Edisi Kedelapan, Jakarta : PT. Gelora Aksara Pratama.
4. Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta.
Diposkan oleh ARINDRA
kordinasi yang efektif dalam organisasi
Departmen yang digunakan oleh PT XL Axiata.Tbk ini adalah departmen divisional , tentunya yang terdiri dari :
- · Presiden Direktur
- · Direktur
- · Direktur independen
- · Chief of Corporate Services Officer
- · Chief Brand and Customer Experience Officer
- · Chief Postpaid Business Officer
- · Chief Prepaid Business Officer
- · Chief Strategic Partnership Officer
- · Chief Digital Services Officer
- Keunggulan Departmen Divisional
- Cepat tanggap, fleksibilitas pada lingkungan yang tidak stabil
- Memperhatikan kebutuhan konsumen
- Koordinasi yang luar biasa lintas departemen fungsional
- Pembebanan tanggung jawab yang jelas bagi permasalahan produk
- Penekanan terhadap keseluruhan produk dan tujuan divisional
- pengembangan keterampilan manajemen umum
- Kelemahan Depratmen Divisional
- Duplikasi Sumberdaya lintas Divisi
- Kurang pendalaman teknis dan spesialisasi dalam divisi-divisi
- kordinasi yang buruk lintas divisi
- kurangnya kendali sumberdaya manajemen puncak
- kompetesi untuk sumberdaya perusahaan