Archive for Oktober 2016
MANAJEMEN BERDASARKAN
SASARAN
(MANAJEMEN by
OBJECTIVES=MBO)
Istilah
manajemen berdasarkan sasaran (MBO) dipopulerkan sebagai pendekatan pada
perencanaan oleh Peter Drucker pada tahun 1964 dalam bukunya The Practice of
Manajemen. Sejak itu MBO telah memacu banyak pembahasan, evaluasi, dan riset.
Banyak program jenis MBO telah dikembangkan, termasuk manajemen berdasarkan
hasil (manajemen by result), manajemen sasaran (goals manajemen), perencanaan
dan peninjauan kembali pekerjaan (work planning and review), sasaran dan
pengendalian (goals and controls), dan lain-lainnya. Walaupun artinya
berbeda-beda program ini sama. Penggunaannya tidak hanya dalam dunia usaha saja
tetapi telah semakin berkembang luas pada dunia nonbisnis, seperti organisasi
pendidikan, kesehatan, keagamaan, dan pemerintahan.
MBO
mengacu kepada seperangkat prosedur yang formal atau nonformal yang dimulai dengan
penetapan sasaran dan dilanjutkan sampai peninjauan kembali hasil
pelaksanaanya. Kunci MBO ialah bahwa MBO merupakan proses partisipasi atau peran serta, secara aktif melibatkan manajer
dan anggota staf pada setiap organisasi. Dengan membuat struktur organisasi itu
tetap berfungsi sebagaimana fungsi-fungsi dari perencanaan dan pengendalian
tetap eksis pada organisasinya yang mengacu pada MBO. MBO dengan ini bisa
membantu banyak rintangan yang dihadapi oleh organisasi tersebut.
Titik permulaan
MBO adalah filosofi yang sangat positif tentang manusia dan apa yang membuat
mereka ingin bekerja. Menurut Douglas McGregor, ada dua perangkat asumsi
tentang bagimana manusia didorong untuk bekerja. Dalam pandangan tradisional,
manusia menganggap bekerja hanya perlu agar tetap bertahan hidup dan mereka
tidak memikirkan untuk berkembang dalam melakukan pekerjaannya. Menurut
pandangan ini yang dikenal dengan teori X, para manajer harus tegas dan
otoriter, karena bila tidak para bawahan
tidak akan mengalami perkembangan dalam pekerjaannya atau bahkan perusahaan
tersebut mengalami kemunduran, dengan ini juga membawa keburukan pada hasil
produksi yang mereka kerjakan oleh para karyawannya. Sedikit sekali perusahaan
yang berhasil tanpa manajer yang tegas dan otoriter, bahkan tidak ada sama
sekali.
Sebaliknya
para penyokong MBO tampaknya berpegang pada sikap yang jauh lebih optimis
terhadap sifat-sifat manusia, yang dikenal dengan teori Y, manusia ingin dan
berhasrat untuk bekerja, memperoleh banyak kepuasan dari pekerjaan dalam
keadaan yang tepat, dan juga dapat melakukan pekerjaan dengan baik. MBO
bermaksud untuk mengambil keuntungan dari keinginan dan kemampuan untuk bekerja
dengan cara menunjukkan kepada para manajer bagaimana menyediakan suatu iklim
yang akan menghasilkan yang terbaik bagi semua anggota staf dan memberi
kesempatan untuk pengembangan diri dan juga memberi kesempatan kepada para
bawahan untuk bisa lebih baik lagi dari sebelumnya atau mungkin dari para
bawahan (staf dan lain-lainnya) ada juga yang diangkat menjadi lebih baik dari
pekerjaan sebelumnya, misalnya diangkat menjadi staf, sekretaris bahkan menjadi
manajer perusahaan itu, dengan syarat menenunjukkan kedisiplinan yang tinggi
dan juga pada bidang pekerjaan yang mereka lakukan, dengan mengikuti seleksi
yang cukup ketat dengan para bawahan yang lainnya pada perusahaan itu.
Manajemen Berdasarkan Sasaran, Apakah Itu?
Intisari
dari sistem MBO terletak pada penetapan sasaran umum oleh para manajer dan
bawahannya yang bekerja sama-sama. Setiap bidang tanggung jawab utama seseorang
ditetapkan dengan jelas dipandang dari segi hasil-hasil yang diharapkan yang
dapat diukur (tujuan dan objektifnya). Tujuan ini digunakan oleh para bawahan
dalam merencanakan pekerjaan mereka serta oleh para bawahan dan atasan mereka
untuk memonitor kemajuan. Penilaian atas unjuk kerja (performance apprasial)
dilakukan bersama-sama atas dasar kesinambungan, dengan ketentuan untuk
peninjauan kembali secara berkala dan teratur.
Dalam bukunya
The Practice of Management, Drucker memperbandingkan manajement by objectives
dengan management by drives (manajemen berdasarkan dorongan). Ia menggunakan
istilah yang kedua untuk melukiskan tanggapan atau respon organisasi terhadap
tekanan keuangan atau pasar yang baru dengan “dorongan penghematan” (economy
drive) atau “dorongan produksi” (production drive). Dalam praktek, hal ini
menghasilkan sutau perbaikan yang hanya bersifat sementara. Biasanya manajemen
hanya menghasilkan ketidak-efisienan yang lebih besar dan ketidak-puasan yang
lebih banyak atau lebih baik.
Sebaliknya, dalam MBO, perencanaan efektif tergantung sampai sejauh mana
manajer menetapkan dengan jelas tujuan yang berlaku secara khusus bagi
fungsinya di dalam perusahaan. Tujuan setiap manajer juga harus memberikan
sumbangan pada tujuan dari pimpinan yang lebih tinggi dan tujuan perusahaan
secara keseluruhan. Penentuan tujuan ini memberikan fokus yang tajam bagi semua
kegiatan manajerial.
Bagaimana
tujuan ini dicapai merupakan hal yang sangat penting. Seperti dijelaskan oleh
Drucker, para manajer harus menetapkan tujuan-tujuan mereka sendiri, atau
setidak-tidaknya, aktif terlibat dalam proses penetapan tujuan. Penetapan
tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu kepada para manajer menghadapi
resiko yang sangat nyata, yaitu mereka mungkin akan menolak untuk bekerja sama
atau hanya berusaha dengan setengah hati untuk melaksanakan tujuan-tujuan orang
lain.
Di samping
itu, Drucker menyarankan agar para manajer pada setiap tingkatan hrus berperan
serta dalam menetapkan tujuan yang lebih luas dari perusahaan dan bagaimana
tujuan khusus berkaitan dengan gambaran secara keseluruhan.
Bagi
Drucker, hubungan antara tujuan-tujuan individu dengan sasaran umum adalah
sangat penting. Tujuan utama dari pelaksaan MBO untuk mencapai pelak sanaan
yang efektif dari keseluruhan organisasi
melalui pelaksanaan yang efisien dan integrasi bagian-bagiannya.
Sebaliknya, Douglas McGregor, lebih menginginkan MBO karena bernilai
sebagai suatu sistem perencanaan dan sistem penilaian hasil pelaksaan. Ia
menyarankan agar para manajer secara individu, setelah mempunyai kata sepakat
mengenai tanggung jawab dari pekerjaan pokok mereka dengan atasan alangsung
mereka, menetapkan tujuan hasil pelaksanaan mereka sendiri untuk jangka waktu
yang pendek, misalnya enam bulan. Jadi, mereka juga bertanggung jawab untuk
membuat rencana khusus untuk mencapai tujuan mereka sendiri. Pada akhir dari
jangka waktu itu, setiap manajer mengadakan penilaian sendiri yang kemudian
dibahas dengan atasan, dan kemudian mentapkan tujan-tujuan baru untuk jangka
waktu berikutnya. Dengan cara demikian kergu-raguan dan ketegangan yang sering
menyertai jenis-jenis lain dari program penilaian dapat dikurangi.
MBO dalam
paraktek. Hampir 30 tahun telah lewat sejak Drucker memperkenalkan konsep MBO.
Pada tahun-tahun terkhir banyak penulis manajemen telah memperluas gagasan ini
berdasarkan tema dari Drucker. Tetapi apakah MBO telah menjadi pendekatan yang
mantap bagi perusahaan Amerika?
MBO
disoroti dalam majalah profesional yang meniulis bahwa dalam suatu survey
nasional yang dilakukan oleh empat perusahaan konsultan, MBO adalah salah satu
dari 13 teknik manajemen yang digunakan dalam industri, misalnya elektronic
data processing, sistem informasi manajemen (management information systems),
pengembangan organisasi (organizational develoipment), dan pembiayaan langsung
(direct costing).
Suatu
penelitian pada tahun 1974 menemukan bahwa walaupun separuh dari
perusahaan-perusahaan besar menggunakan salah satu bentuk dari MBO, tetapi
kurang dari sepuluh persen mersakan bahwa mereka memperoleh penerapan yang
sangat berhasil. Penelitian itu menemukan bahwa walaupun baanyak perusahaan
yang menggunakan program MBO berhasil, tetapi lebih banyak lagi yang salah
mengerti tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh MBO atau bagaimana MBO itu
seharusnya diterapkan.
Dalam
suatu studi berikutnya, 41% dari rumah sakit yang diteliti menggunakan MBO dan
33% lagi sedang merencanakan untuk mulai menggunakan MBO dalam waktu dekat.
Bagian terbesar dari responden melaporkan bahwa MBO telah meningkatkan hasil
pelaksanaan dalam bidang-bidang seperti perencanaan, pengkoordinasian,
pengendalian dan komunikasi.
Sistem MBO Formal
Program
MBO bisa sangat berbeda-beda. Beberapa program dirancang untuk digunakan pada
suatu subunit, sedangkan yang lainnya digunakan untuk organisasi secara
keseluruhan. Metode dan pendekatan tertentu yang digunakan oleh para manajer
dalam suatu program MBO akan berbeda-beda. Juga mungkin ada perbedaan-perbedaan
yang besar dalam penekanan. Misalnya, di Inggris, MBO dikenal terutama sebagai
sistem untuk perencanaan perseroan atau pengembangan strategi. Penekanan
terletak pada efisiensi dalam pencapaian tujuan perusahaan. Di Amerika Serikat,
motivasi individu lebih sering menjadi pusat perhatian. Para manajer lebih
memusatkan pada kebutuhan manusia dan pada peran serta bawahan yang semakin
meningkat dalam penetapan sasaran, daripada memusatkan pada strategi. Namun
demikian, dalam hampir semua sistem MBO yang efektif, terdapat unsur-unsur yang
lazim, sebagai berikut:
Ø Kesepakatan pada Program.
Pada setiap tingkat organisasi, keterikatan para manajer
pada pencapaian tujuan pribadi dan organisasi serta pada proses MBO diperlukan
agar program itu efektif. Banyak waktu dan tenaga yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu program MBO yang berhasil. Para manajer harus mengadakan
pertemuan dengan para bawahan, pertama untuk menetapkan tujuan-tujuan dan
kemudian untuk mengkaji kembali kemajuan dalam menuju tujuan tersebut. Tidak
ada jalan pintas yang mudah. Bila sasaran telah ditetapkan tetapi tidak dikaji
kembali secara berkala, tujuan itu tidak mungkin akan tercapai. bila kemajuan
bawahan dikaji kembali dengan cara penilaian yang berlebihan, hal ini akan
mengandung kebencian, dan kegunaannya akan berkurang. Para bawahan yang bekerja
juga merasa dirinya diperlakukan seenaknya (di awasi terus-menerus) saja oleh
para penilai atau pengawas pekerja. Hal ini akan mendorong terjadinya protes
dari para pegawai bawahan.
Ø Penetapan Sasaran Tingkat Puncak.
Program perencanaan yang efektif biasanya dimulai dengan
para manajer puncak yang menetapkan sasaran pendahuluan setelah berkonsultasi
dengan para anggota organisasi yang lain. Sasaran harus dinyatakan dengan
istilah yang khusus dan dapat diukur, misalnya peningkatan lima persen dalam
penjualan kuartal yang akan datang, tidak ada peningkatan dalam biaya-biaya
eksploitasi pada tahun ini, dan sebagainya. Dengan cara demikian, para manajer
dan bawahan akan mempunyai pengertian yang lebih jelas tentang apa yang
diharapkan oleh pimpinan puncak untuk dicapai, dan mereka dapat melihat
bagaimana pekerjaan mereka itu berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran
organisasi.
Ø Sasaran Individual.
Dalam progaram MBO yang efektif, setiap manajer dan bawahan
telah menetapkan dengan jelas tanggung jawab pekerjaan dan tujuan-tujuannya,
misalnya manajer subunit A akan bertanggung jawab atas peningkatan penjualan
15% dalam jangka waktu dua bulan. Maksud dari penetapan tujuan dengan
menggunakan istilah-istilah pada setiap tingkatan ialah untuk membantu para
pegawai agar mengerti dengan jelas apa yang diharapkan untuk dicapai. Hal ini
membantu setiap rencana individual secara efektif untuk mencapai sasaran yang
ditargetkan.
Sasaran untuk setiap individu harus ditetapkan dengan
konsultasi antara individu itu dengan atasannya. dalam konsultasi bersama itu,
para bawahan membantu para manajer mengembangkan tujuan yang realitas karena
mereka mengetahui dengan baik apa yang mampu mereka capai. Para manajer
membantu para bawahannya untuk meningkatkan pandangan mereka terhadap tujuan
yang lebih tinggi dengan menunjukkan keinginan untuk membantu mereka dalam
mengatasi rintangan serta kepercayaan pada kemampuan para bawahan.
Ø Peranserta (Participation).
Derajat peranserta bawahan dalam menetapkan tujuan sangat
berbeda-beda. Pada satu ekstrim, seorang bawahan mungkin berperanserta hanya
dengan ikut hadir ketika pimpinan sedang menentukan tujuan. Pada ekstrim
lainnya, para bawahan mungkin sama sekali bebas untuk menetapkan tujuan mereka
dan metode untuk mencapai tujuan itu. Kedua ekstrim ini tidak ada yang efektif.
Para manajer kadang-kadang menetapkan tujuan tanpa mengetahui sepenuhnya
tentang kendala di mana bawahan mereka harus bekerja. Para bawahan kemungkinan
memilih tujuan yang tidak sejalan dengan sasaran organisasi. Sebagai kebiasaan,
semakin besar peranserta para manajer dan bawahan dalam penetapan sasaran,
semakin baik kemungkinannya sasaran itu akan tercapai.
Ø Otonomi Dalam Pelaksanaan Rencana.
Begitu sasaran telah ditetapkan dan disetujui, individu itu
mempunyai kebijakan yang luas untuk memilih sarana-sarana guna pencapaian
tujuan tersebut. Dalam kendala yang normal dari kebijakan organisasi, para
manajer harus bebas mengembangkan dan melaksanakan program-program untuk
mencapai sasaran tanpa penafsiran kembali oleh atasan langsung mereka. Dari
berbagai aspek yang mereka plih dengan bebas dalam menentukan sarana dan
kebijakan yang diberikan oeh perusahaan atau oraganisasi, maka para pegawai
bawahan merasa diuntungkan dengan program MBO atau otonomi dalam pelaksanaan
rencana. Perlu digaris bawahi, bahwa para pegawai juga tidak bisa semaunya
sendiri dalam menentukan kebijakannya, juga harus menyangkut pada peraturan
yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau organisasi tersebut. Dan aspek dari
program MBO tersebut, sangat dihargai oleh para manajer dan juga para pegawai
bawahan.
Ø Pengkajian Kembali Untuk Kerja.
Para manajer dan bawahan secara berkala mengadakan pertemuan
untuk mengkaji kembali kemajuan dalam menuju sasaran. Selama pengkajian
kembali, mereka memutuskan masalah-masalah yang ada, dan apa yang dapat mereka
lakukan masing-masing untuk memecahkannya. Bila perlu tujuan-tujuan itu dapat
dimodifikasi untuk periode peninjauan kembali yang akan datang.
Agar adil dan berguna, pengkajian kembali harus didasarkan
atas hasil unjuk kerja yang dapat diukur, bukan atas kriteria yang subjektif,
seperti sikap dan kemampuan. Misalnya, daripada berusaha untuk menilai
bagaimana giatnya seorang wiraniaga di lapangan, seorang manajer seharusnya
menekankan pada angka-angka hasil penjualan nyata yang dicapai dan sebagai
pengetahuan terinci mengenai pelanggannya.
Proses MBO
Walaupun
penekanan dan metodenya sangat berbeda-beda, tetapi hampir semua program MBO
yang efektif meliputi unsur-unsur, sebagai berikut:
a. kesepakatan
terhadap pendekatan pada semua tingkat organisasi.
b. penetapan
sasaran dan perencanaan yang efektif oleh pimpinan puncak.
c. penetapan
sasaran-sasaran individual yang berkaitan dengan sasaran organisasi oleh para
manajer dan bawahan.
d. otonomi yang
luas dalam pengembangan dan pemilihan sarana untuk mencapai tujuan.
e. Tinjauan
teratur atas unjuk kerja (performance) dalam hubungannya dengan tujuan.
Evaluasi MBO
Apakak
konsep MBO benar-benar berjalan? Stephen J. Carroll dan Henry L. Tosi mengkaji
kembali riset pada tiga konsep kunci. Penetapan khusus, umpan balik pada unjuk
kerja, dan peranserta, untuk menentukan apakah optimisme tentang MBO dapat
dibenarkan. Evaluasi itu meliputi:
Ø Penetapan Sasaran (Goal Setting)
Bukti dengan jelas menunjukkan bahwa bila tiba penetapan
sasaran, keberhasilan yang satu menyebabkan keberhasilan yang lebih mudah pada
yang lainnya juga. Para individu yang menentukan sasaran mereka sendiri
cenderung menuju peningkatan dari hasil unjuk kerja yang lampau. Bila mereka
telah mencapai peningkatan ini, mereka kemudian menetapkan lagi sasaran yang
lebih tinggi. Tetapi, bila mereka gagal mencapai target mereka, mereka
cenderung untuk menetapkan tingkat yang lebih konservatif untuk periode berikutnya.
Riset ini juga memberi kesan bila para pegawai diberi
sasaran tertentu, mereka akan mencapai hasil pelaksanaan yang lebih tinggi
daripada mereka yang hanya diminta untuk berbuat sebaik-baiknya. Tetapi bila
pegawai merasakan bahwa sasaran itu cenderung tidak mungkin tercapai, maka
hasil unjuk kerjanya kemungkinan akan menurun.
Walaupun hampir semua riset yang dikaji kembali oleh Carroll
dan Tosi tidak dilakukan dalam organisasi yang mempunyai program MBO yang
mantap, tetapi riset itu menunjukkan bahwa MBO akan meningkatkan unjuk kerja,
bila sasarannya realistis dan diterima oleh para pegawai yang terlibat. Namun
demikian, derajat peningkatan yang sebenarnya tergantung pada banyak faktor,
seperti pengalaman masa lampau para pegawai secara individu dengan keberhasilan
atau kegagalan dalam pencapaian sasaran dan sesulit manakah sasaran-sasaran itu
sebenarnya.
Ø Umpan-balik tentang Unjuk Kerja (Feedback on
Performance)
Juga terdapat bukti yang jelas bahwa pemberian umpan-balik
tentang hasil unjuk kerja (prestasi atau performance) kepada pera pegawai
biasanya menyeabkan unjuk kerja/prestasi yang lebih baik. Di samping itu,
proses pengkajian kembali secara berkala ternyata mempunyai akibat yang positif
pada sikap para pegawai, menciptakan rasa persahabatan, kepercayaan pada
pemimpin, dan kemauan menerima kritik yang lebih toleran.
Beberapa makalah memperlihatkan hubungan antara kualitas
umpan-balik dengan derajat peningkatan, yaitu makin spesifik dan tepatnya waktu
umpan-balik, makin positif akibatnya. Cara umpan-balik itu diberikan juga
mempengaruhi performance. Umpan balik itu harus diberikan dengan cara yang
bijaksana, terutama bila umpan-balik itu membawa kegagalan dalam mencapai
tujuan. Bila tidak maka akan timbul kebencian dan prestasi yang minim.
Ø Peranserta
Hampir semua studi riset tentang peranserta menunjukkan
bahwa bawahan yang berperanserta dalam penetapan sasaran mereka sendiri,
nampaknya menunjukkan tingkat prestasi/unjuk kerja yang lebih tinggi daripada
mereka yang mempunyai sasaran yang telah ditetapkan untuk mereka. Dalam studi
yang terkenal yang dilakukan General Electric, bawahan yang mempunyai lebih
banyak pengaruh dalam penentuan sasaran menunjukkan sikap yang lebih
menyenangkan dan tingkat prestasi yang lebih tinggi. Sebaliknya bawahan yang
mempunyai sedikit pengaruh, menunjukkan perilaku yang bersifat defensif, dan
dalam beberapa hal, tingkat prestsi yang lebih rendah.
Riset tersebut menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada dua
cara di mana peranserta dalam menetapkan sasaran dapat menyebabkan prestasi
yang lebih tinggi. Pertama, peranserta dapat menyebabkan kemungkinan yang lebih
besar bahwa sasaran akan diterima, dan sasaran yang telah diterima akan lebih
mungkin untuk dicapai. Kedua, peranserta dapat membawa pada penetapan sasaran
yang lebih tinggi, dan sasaran yang lebih tinggi membawa hasil prestasi yang
lebih tinggi.
Carroll dan Tosi juga menyimpulkan bahwa, di samping
dampaknya pada prestasi, proses peranserta akan membawa pada komunikasi dan
pengertian yang lebih baik antara manajer dengan bawahan.
Masalah dalam mengevaluasi program MBO
Alasan
utama tentang kurangnya studi mengenai program MBO secara keseluruhan ialah
kesulitan untuk melakukan riset seperti itu. Agar lebih bermanfaat, suatu studi
harus dilaksanakan sebagai eksperimen lapangan yang terkendali di mana dapat
dibandingkan antara prestasi kelompok-kelompok yang sama, yang hanya
berbeda dalam hal sejumlah terbatas pada
faktor variabel saja. Tidak umum bagi seorang untuk memberi izin pada orang
luar untuk melakukan bentuk eksperimen dalam organisasinya, atau mempunyai
waktu dan kesabaran untuk berperanserta dalam melakukan eksperimen tersebut.
Bahkan bila dukungan seperti itu diperoleh, masih akan tetap sulit untuk
mengendalikan faktor variabel yang sangat penting yang dapat mempengaruhi
eksperimen tersebut. Karena waktu yang lama mungkin harus dilalui sebelum dapat
terlihat perbaikan-perbaikan sebagai hasil dari pelaksanaan program MBO, maka
masalah tentang pengendalian variabel-variabel penting menjadi semakin sulit
dan kemungkinan bahwa perubahan dan kejadian lain yang akan mempengaruhi
hasilnya akan semakin meningkat.
Kekuatan dari MBO
Dalam
suatu penelitian tentang para manajer, Tosi dan Carroll mencatat
keuntungan-keuntungan utama dari program MBO antara lain:
1. program MBO
memberi kesempatan kepada para individu untuk mengetahui apa yang diharapkan
dari mereka.
2. program MBO
membantu dalam perencanaan dengan membuat para manajer menetapkan sasaran dan
waktu yang ditargetkan.
3. program MBO meningkatkan komunikasi antara
para manajer dan bawahan
4. program MBO
membuat para manajer lebih menyadari tentang sasaran organisasi
5. progaram MBO
membuat proses manajemen lebih wajar dengan memusatkan pada suatu pencapaian. Program
ini juga memberi kesempatan kepada para bawahan untuk mengetahui sebaik mana
mereka bekerja dalam kaitannya dengan sasaran organisasi
Dari penelitian ini serta analisis lainnya, tampak jelas
bahwa MBO mempunyai keuntungan bagi para individu dan organisasi. Bagi individu
mungkin keuntungan utamanya ialah meningkatnya rasa keterlibatan dan pengertian
tentang sasaran organisasi. Ini memungkinkan usaha dipusatkan di mana usaha itu
sangat diperlukan dan sangat mungkin untuk diberikan penghargaan. Di samping
itu tiap individu mengetahi bahwa mereka akan dinilai, bukan berdasarkan
hubungan pribadi atau prasangka atasan, tetapi berdasarkan sebaik mana mereka
mencapai sasaran yang mereka sendiri telah membantu menetapkannya. Sebagai
akibatnya, individu-individu dalam suatu proses MBO lebih besar kemungkinannya
untuk melaksanakan tanggung jawab mereka dengan penuh kemauan dan keberhasilan.
Semua keuntungan individu ini setidak-tidaknya secara tidak
langsung akan memberikan keuntungan kepada perusahaan atau organisasi. Di
samping itu ada keuntungan pada suatu program MBO yang dilaksanakan dengan
berhasil yang berlaku langsung pada organisasi. Karena karena semua tingkat
dalam organisasi membantu dalam penetapan tujuan, maka sasaran dan tujuan
oraganisasi menjadi lebih realistis. Juga komunikasi yang bertambah baik
sebagai akibat adanya MBO, dapat membantu organisasi untuk mencapai sasarannya
dengan lebih baik. Artinya, seluruh organisasi mempunyai rasa kesatuan yang
meningkat. Dan para pegawai bawahan lebih menyadari apa yang diharapkan oleh
pimpinan puncak dan pada gilirannya aka membantu dalam penetapan tujuan yang
dapat dicapai.
Kelemahan-kelemahan MBO
MBO, tentu
saja tidak menyelesaikan semua masalah organisasi. Penilaian dari para bawahan
merupakan bidang yang sangat sulit karena hal ini menyangkut status, gaji, dan
kenaikan pangkat. Bahkan dalam program MBO yang paling baik pun, proses
pengkajian kembali mungkin dapat menyebabkan ketegangan dan kebencian. Tidak
semua prestasi dapat dikuantifikasikan atau diukur. Bahkan bila apa yang akan
dicapai dapat diukur, misalnya jumlah penjualan total di daerah bawahan
tersebut mungkin tidak bertanggung jawab untuk hal tersebut. Misalnya,
penjualan mungkin menurun walaupun bawahan telah berusaha dengan sebaik-baiknya
disebabkan oleh langkah dari para pesaing yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Perubahan-perubahan yang diinginkan oleh MBO dalam perilaku para manajer
mungkin juga menimbulkan masalah. Dalam MBO, penekanan diubah dari menilai para
bawahan menjadi membantu mereka. Ini merupakan perubahan yang sulit dilakukan
oleh para manajer.
Hampir
semua masalah merupakan persoalan yang berulang-ulang terjadi yang dihadapi
oleh para anggota organisasi, baik mereka mempunyai program MBO maupun tidak.
Namun demikian, ada dua kategori kelemahan yang khas bagi organisasi yang
mempunyai program MBO formal. Dalam kategori pertama adalah kelemahan yang
melekat (inherent) dalam proses MBO. Ini membutuhkan banyak waktu dan upaya
dalam mempelajari penggunaan teknik MBO dengan tepat serta pekerjaan
tulis-menulis yang biasanya diperlukan. Dalam kategori kedua ada kelemahan yang
secara teoritis tidak perlu, tetapi yang tampaknya sering berkembang bahkan
dalam program-program MBO yang dilaksanakan dengan tepat.
Kategori
yang kedua meliputi beberapa masalah penting yang harus dikendalikan bila
program itu tidak berhasil, yaitu:
Gaya dan dukungan
pimpinan
bila para manajer puncak lebih menyukai pendekatan yang
otoriter dan pengambilan keputusan yang terpusat, maka mereka akan memerlukan
pendidikan kembali secara serius sebelum dapat melaksanakan program MBO.
Adaptasi dan
perubahan
MBO mungkin memerlukan banyak perubahan dalam struktur
organisasi, pola wewenang dan prosedur pengendalian. Para manajer harus
mendukung perubahan-perubahan ini. Mereka yang berperan serta hanya karena
terpaksa untuk mendukung organisasi itu akan dengan mudah menyebabkan kegagalan
program tersebut.
Kecakapan hubungan
antarpribadi (interpersonal skill)
penetapan tujuan dan proses pengkajian kembali oleh manajer
dan bawahan memerlukan tingkat kecakapan yang tinggi dalam hubungan
antarpribadi. Banyak manajer yang tidak mempunyai pengalaman sebelumnya atau
kemampuan yang lazim dalam bidang ini. Pendidikan dalam pembibingan dan
wawancara mungkin diperlukan.
Uraian tugas (job
description)
penggunaan daftar khusus dari tujuan dan tanggung jawab
individu adalah sulit dan menghabiskan waktu. Di samping itu uraian tugas harus
dikaji kembali dan direvisi karena keadaan dalam organisasi berubah. Hal ini
terutama penting selama taraf pelaksanaan, bila dampak dari sistem MBO sendiri
dapat menyebabkan perubahan dalam tugas dan tanggung jawab pada tiap tingkat.
Penetapan dan
pengkoordinasian tujuan
penyusunan sasaran yang penuh tantangan tetapi realistis
sering merupakan sumber kekacauan bagi para manajer. Mungkin terdapat kesulitan
dalam membuat tujuan itu dapat diukur, dalam menemukan jalur yang baik antara
sasaran yang terlalu mudah dan tidak mungkin dalam melukiskan tujuan secara
jelas dan tepat. Tambahan pula, mungkin sulit mengkoordinasikan seluruh tujuan
organisasi dengan kebutuhan pribadi dan tujuan-tujuan individu.
Pengendalian terhadap
metode pencapaian sasaran
frustasi yang mendalam bisa terjadi bila usaha seorang
manajer untuk mencapai sasaran tergantung kepada pencapaian usaha-usaha lain
dalam organisasi. Misalnya, manajer bagian produksi tidak diharapkan akan
mencapai sasaran merakit 100 unit per hari bila bagiannya diberi suku cadang
hanya untuk 90 unit. Penetapan sasaran kelompok dan keluwesan diperlukan untuk
menyelesaikan persoalan macam ini.
Konflik antara
kreativitas dan MBO
Mengutamakan prestasi, peningkatan dan kepuasan pada
pencapaian sasaran mungkin tidak akan produktif bila cenderung menghambat
inovasi. Bila para manajer gagal untuk mencoba sesuatu yang baru dan mungkin
mengandung risiko karena tenaga mereka dicurahkan pada tujuan-tujuan MBO
tertentu, beberapa kesempatan mungkin akan hilang. Untuk menghindari bahaya
ini, Odiorne mengusulkan agar kesepakatan terhadap inovasi dan perubahan harus
merupakan bagian dari proses penetapan sasaran.
Agar MBO Efektif
MBO jangan
diharap sebagai obat mujarab untuk perencanaan organisasi, motivasi, evaluasi,
dan kebutuhan pengendalian. Juga, tentu saja ini bukan merupakan proses
sederhana yang dapat dengan cepat dan mudah dilaksanakan. Namun, demikian,
banyak organisasi yang menggunakan bentuk tertentu dari MBO. Kesadaran mulai
tumbuh tentang keuntungan mempunyai mekanisme untuk penetapan dan evaluasi
sasaran manajemen, serta untuk pengintegrasian sasaran pribadi dengan sasaran
organisasi.
Karena
banyak di antara kita menjumpai jenis dari progaram penetapan sasaran formal,
maka kita harus mengkaji kembali beberapa dari unsur-unsur yang diperlukan
untuk keefektifan MBO. Ini dapat dilihat sebagai langkah penting yang
diperlukan dari manajer tingkat tertinggi yang terlibat dalam program tersebut.
Agar MBO efektif dalam suatu organisasi, ada
beberapa hal yang harus di perhatikan, antara lain:
a. Tunjukkan
kesepakatan yang berkesinambungan dari pimipinan tingkat tinggi.
Penerimaan pertama dan antusiasme dari para pegawai untuk
program MBO dapat hilang dengan cepat kecuali jika pimpinan tertinggi melakukan
usaha bersama untuk mempertahankan agar sistem itu tetap hidup dan berfungsi
dengan sepenuhnya. Para manajer yang menemukan kesulitan untuk menetapkan dan
menkaji ulang tujuan-tujuan, mungkin akan kembali pada pendekatan-pendekatan
yang lebih tradisional dan otoriter. Para pimpinan puncak harus menyadari
kecenderungan ini tetap menjadi bagian penting dari prosedur pelaksanaan
organisasi.
b. Didik dan
latih para manajer.
Agar MBO berhasil para manajer harus memahami MBO tersebut
dan mempunyai kecakapan yang memadai. Mereka harus dididik mengenai prosedur
dan keuntungan dari sistem itu dan kecakapan yang diperlukan, dan harus dibantu
untuk mengerti tentang manafaat yang diberikan oleh MBO kepada organisasi dan
pada karir mereka sendiri. Bila para manajer tetap mempunyai rasa enggan, maka
program MBO tidak akan berhasil.
c. Rumuskan
tujuan-tujuan dengan jelas.
Para manajer dan
bawahan harus merasa puas bahwa itu realistis dan dimengerti dengan jelas, dan
bahwa tujuan-tujuan tersebut akan digunakan untuk mengevaluasi prestasi.
Mungkin perlu untuk melatih para manajer dalam kecakapan untuk menyusun sasaran
yang berguna dan dapat diukur serta menyampaikannya secara efektif.
d. Laksanakan
umpan-balik secara efektif.
Suatu sistem MBO tergantung pada para peserta yang
mengetahui di mana mereka berdiri dalam hubungannya dengan tujuan mereka.
Penetapan tujuan bukan merupakan perangsang yang memadai. Tinjauan terhadap
prestasi yang teratur dan umpan-balik dari hasil-hasil juga diperlukan.
e. Anjurkan
adanya peranserta.
Para manajer harus menyadari bahwa peranserta oleh para
bawahan dalam penetapan sasaran bersama dapat mengandung suatu pengalokasian
kembali kekuasaan. Para manajer harus mau melepaskan pengendalian langsung
tertentu atas bawahannya dan mendorong bawahanya itu untuk mengambil peranan
lebih aktif dalam penetapan dan pencapaian tujuan mereka sendiri. Beberapa
manajer merasa tidak senang dengan hilangnya kekuasaan ini, tetapi program MBO
akan menjadi efektif bila mereka melepaskan pengendalian tertentu.
Beberapa Spekulasi Tentang Keberhasilan dan Kegagalan MBO
Sampai
pada titik ini, kita telah mencoba untuk membatasi pengamatan dan kesimpulan kita
tentang MBO pada pernyataan yang didasarkan pada riset dan pandangan dari para
manajer yang berpengalaman. Sekarang kita akan “pergi melampui data” dan
membuat spekulasi tentang faktor-faktor penting dalam keberhasilan MBO.
Dalam
jangka panjang, kunci bagi program MBO yang efektif mungkin terletak pada
asumsi, keyakinan dan sikap para manajer dan bawahan. Teknik-teknik MBO akan berjalan dengan bila para manajer
memegang teori Y dan tindakan-tindakan serta sikap bawahan sesuai dengan asumsi
itu. Manajer teori Y dan bawahan merupakan kombinasi yang ideal dari MBO.
Asumsi Manajer Tentang Para Bawahan
Teori X Teori Y
(4) Keberhasilan/kegagalan tergantung kepada sikap yang
mengubah?
(1) Kemungkinan besar gagal!
(3) Kemungkinan besar gagal!
(2) Kemungkinan/kegagalan tergantung kepada siapa yang
mengubah?
Namun demikian, seperti di tunjukkan dalam gambar atau
bagan, kombinasi lainnya dari para manajer dan bawahan akan muncul. Bila para
manajer menerima dan para bawahan cocok dengan asumsi teori X, penerapan MBO
yang berhasil sangat tidak mungkin. Para manajer mungkin mencoba mengunakan
teknik-teknik itu, tetapi keyakinan mereka bahwa teknik-teknik itu tidak akan
berjalan dan tidak akan didukung oleh ketidakpuasan para bawahan pada prosedur
baru tersebut.
Dalam dua kotak lainnya dari gambar atau bagan tersebut,
suatu hasil mungkin akan tergantung kepada siapa yang melakukan perubahan.
Prosedur-prsedur MBO dan pandangan positif manajer tentang bawahan yang
diungkapkan pada kotak No. 2 mungkin membantu teori Y para bawahan berkembang
sampai pada titik di mana mereka cocok dengan asumsi teori tersebut. Dalam hal
demikian, program MBO mungkin mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk
berhasil atau bahkan dengan asumsi dari teori-teori tersebut. Dalam situasi
yang dituliskan pada kotak No. 4, keberhsilan dapat timbul bila manajer dengan
sungguh-sungguh menerapkan teknik-teknik MBO, walaupun ia yakin bahwa teknik-teknik
itu tidak akan berjalan. Reaksi positif dari para bawahan mungkin menyebabkan
manajer mengevaluasi kembali beberapa asumsi dasar
Daftar pustaka
http://megroxx.blogspot.co.id/2011/02/manajemen-berdasarkan-sasaran-mbo.html
Daftar pustaka
http://megroxx.blogspot.co.id/2011/02/manajemen-berdasarkan-sasaran-mbo.html
Manajemen Berdasarkan Sasaran ( MBO)
Sejarah
Budaya Kinerja
Tinggi
Career Management
People Achievement
Lebih dekat dengan
pelanggan adalah dengan mengetahui kebutuhan mereka. XL memberdayakan informasi
ini sebagai cara untuk memberikan solusi komunikasi pasti. Menjadikan XL
sebagai penyedia jasa seluler yang memiliki follower Twitter terbanyak.
Innovations
Dengan pengalaman lebih dari 17 tahun beroperasi di pasar Indonesia,
PT XL Axiata Tbk. (¿XL¿) merupakan salah satu penyedia layanan seluler
terkemuka di Indonesia. Saat ini, XL dipandang sebagai salah satu penyedia
layanan seluler untuk Data dan Teleponi terkemuka di Indonesia.
XL memulai usaha sebagai perusahaan dagang dan jasa umum pada tanggal 6
Oktober 1989 dengan nama PT Grahametropolitan Lestari. Pada tahun 1996, XL
memasuki sektor telekomunikasi setelah mendapatkan izin operasi GSM 900 dan
secara resmi meluncurkan layanan GSM. Dengan demikian, XL menjadi perusahaan
swasta pertama di Indonesia yang menyediakan layanan telepon seluler.
Di kemudian hari, melalui perjanjian kerjasama dengan Grup Rajawali dan
tiga investor asing (NYNEX, AIF dan Mitsui), nama Perseroan diubah menjadi PT
Excelcomindo Pratama.
Pada September 2005, XL melakukan Penawaran Saham Perdana (IPO) dan
mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang sekarang dikenal sebagai
Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada saat itu, XL merupakan anak perusahaan Indocel
Holding Sdn. Bhd., yang sekarang dikenal sebagai Axiata Investments (Indonesia)
Sdn. Bhd., yang seluruh sahamnya dimiliki oleh TM International Sdn. Bhd.
(¿TMI¿) melalui TM International (L) Limited. Pada tahun 2009, TMI berganti
nama menjadi Axiata Group Berhad (¿Axiata¿) dan di tahun yang sama PT
Excelcomindo Pratama Tbk. berganti nama menjadi PT XL Axiata Tbk. untuk
kepentingan sinergi.
Saat ini, mayoritas saham XL dimiliki oleh Axiata melalui Axiata
Investments (Indonesia) Sdn. Bhd (66,43 persen) dan sisanya dipegang oleh
publik (33,57 persen).
Struktur Organisasi
Strategi
perusahaan PT XL Axiata.TBk
Kami
telah mengidentifikasi dan menyadari bahwa Indonesia sedang menuju ke gaya
hidup digital. Sebagai
upaya untuk berada pada ujung tombak perkembangan ini dan melalui kekuatan kami
dalam pelaksanaan, XL terus melangsungkan inisiatif transformasi yang fokus
pada peralihan ke Data, peningkatan kualitas layanan, mengintensifkan program
untuk meningkatkan retensi pelanggan, dan memperkuat brand positioning. Semua
ini ditujukan untuk menyediakan suatu pengalaman digital yang lengkap,
menyenangkan dan nyaman bagi pelanggan kami. Dengan perubahan yang terus
menerus dalam perilaku konsumen menuju gaya hidup digital dimana Data adalah
bagian tak terpisahkan, XL berada pada posisi yang sangat baik untuk memenuhi
tuntutan tersebut.
Budaya Kerja
XL adalah salah satu perusahaan
telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Mulai beroperasi secara komersial sejak
8 Oktober 1996, XL saat ini adalah penyedia layanan seluler dengan jaringan
yang luas dan berkualitas di seluruh Indonesia bagi pelanggan ritel (Consumer
Solutions) dan solusi bagi pelanggan korporat (Business Solutions).
Budaya Kinerja
Tinggi
Tak ada apresiasi setengah hati bagi mereka yang
berkontribusi maksimal. XL selalu mendukung penuh setiap pribadi yang ingin
berprestasi untuk kemajuan bersama.
Career Management
Kami memperhatikan banyak hal yang bagi
kebanyakan mata terlewati untuk dicermati. XL memiliki sistem yang terbukti
memberikan ruang dan pendorong bagi pertumbuhan karir untuk masa depan
karyawannya.
People Achievement
Lebih dekat dengan
pelanggan adalah dengan mengetahui kebutuhan mereka. XL memberdayakan informasi
ini sebagai cara untuk memberikan solusi komunikasi pasti. Menjadikan XL
sebagai penyedia jasa seluler yang memiliki follower Twitter terbanyak.
Innovations
Kami selalu bersemangat untuk merebut
hati setiap pelanggaan. Dengan berbagai program yang inovatif, XL membuktikan
komitmennya sebagai penyedia layanan seluler terdepan di Indonesia.
Manajemen Xl Axiata.Tbk
ri
kata “compute” yang berarti menghitung dengan kata lain komputer berati
alat penghitung. Komputer pertama kali ditemukan oleh Charles
Babbage, kecerdasan logika matematikanya yang sangat sepesial
membuatnya mampu menciptakan sebuah mesin yang dia sebut dengan nama Analytical
Engine pada tahun 1882, sebuah mesin yang berfungsi sebagai alat
perhitungan-perhitungan umum.
Secara luas, Komputer dapat didefinisikan sebagai suatu peralatan elektronik yang terdiri dari beberapa komponen, yang dapat bekerja sama antara komponen satu dengan yang lain untuk menghasilkan suatu informasi berdasarkan program dan data yang ada. Adapun komponen komputer adalah meliputi : Layar Monitor, CPU, Keyboard, Mouse dan Printer. Tanpa printer komputer tetap dapat melakukan tugasnya sebagai pengolah data, namun sebatas terlihat di layar monitor belum dalam bentuk print out.
Secara luas, Komputer dapat didefinisikan sebagai suatu peralatan elektronik yang terdiri dari beberapa komponen, yang dapat bekerja sama antara komponen satu dengan yang lain untuk menghasilkan suatu informasi berdasarkan program dan data yang ada. Adapun komponen komputer adalah meliputi : Layar Monitor, CPU, Keyboard, Mouse dan Printer. Tanpa printer komputer tetap dapat melakukan tugasnya sebagai pengolah data, namun sebatas terlihat di layar monitor belum dalam bentuk print out.
Saat ini, komputer
sudah semakin canggih. Tetapi, sebelumnya komputer tidak sekecil, secanggih,
sekeren dan seringan sekarang. Dalam sejarah komputer, ada 5 generasi dalam
sejarah komputer.
1.
Generasi Pertama (1944-1959)
Tabung hampa udara sebagai penguat sinyal,
merupakan ciri khas komputer generasi pertama. Pada awalnya, tabung hampa udara
(vacum-tube) digunakan sebagai komponen penguat sinyal. Bahan bakunya terdiri
dari kaca, sehingga banyak memiliki kelemahan, seperti: mudah pecah, dan mudah
menyalurkan panas. Panas ini perlu dinetralisir oleh komponen lain yang
berfungsi sebagai pendingin.
Dan dengan adanya komponen tambahan, akhirnya komputer yang ada menjadi besar, berat dan mahal. Pada tahun 1946, komputer elektronik di dunia yang pertama yakni ENIAC selesai dibuat. Pada komputer tersebut terdapat 18.800 tabung hampa udara dan berbobot 30 ton. begitu besar ukurannya, sampai-sampai memerlukan suatu ruangan kelas tersendiri.
Pada gambar nampak komputer ENIAC, yang merupakan komputer elektronik pertama di dunia yang mempunyai bobot seberat 30 ton, panjang 30 M dan tinggi 2.4 M dan membutuhkan daya listrik 174 kilowatts.
Dan dengan adanya komponen tambahan, akhirnya komputer yang ada menjadi besar, berat dan mahal. Pada tahun 1946, komputer elektronik di dunia yang pertama yakni ENIAC selesai dibuat. Pada komputer tersebut terdapat 18.800 tabung hampa udara dan berbobot 30 ton. begitu besar ukurannya, sampai-sampai memerlukan suatu ruangan kelas tersendiri.
Pada gambar nampak komputer ENIAC, yang merupakan komputer elektronik pertama di dunia yang mempunyai bobot seberat 30 ton, panjang 30 M dan tinggi 2.4 M dan membutuhkan daya listrik 174 kilowatts.
2.
Generasi Kedua (1960-1964)
Transistor
merupakan ciri khas komputer generasi kedua. Bahan bakunya terdiri atas 3
lapis, yaitu: “basic”, “collector” dan “emmiter”. Transistor merupakan singkatan dari Transfer
Resistor, yang berarti dengan mempengaruhi daya tahan antara dua dari 3
lapisan, maka daya (resistor) yang ada pada lapisan berikutnya dapat pula
dipengaruhi. Dengan demikian, fungsi transistor adalah sebagai penguat sinyal.
Sebagai komponen padat, tansistor mempunyai banyak keunggulan seperti misalnya:
tidak mudah pecah, tidak menyalurkan panas.
Pada tahun 1960-an, IBM memperkenalkan komputer komersial yang memanfaatkan transistor dan digunakan secara luas mulai beredar di pasaran. Komputer IBM-7090 buatan Amerika Serikat merupakan salah satu komputer komersial yang memanfaatkan transistor. Komputer ini dirancang untuk menyelesaikan segala macam pekerjaan baik yang bersifat ilmiah ataupun komersial. Karena kecepatan dan kemampuan yang dimilikinya, menyebabkan IBM 7090 menjadi sangat popular. Komputer generasi kedua lainnya adalah: IBM Serie 1400, NCR Serie 304, MARK IV dan Honeywell Model 800.
Pada tahun 1960-an, IBM memperkenalkan komputer komersial yang memanfaatkan transistor dan digunakan secara luas mulai beredar di pasaran. Komputer IBM-7090 buatan Amerika Serikat merupakan salah satu komputer komersial yang memanfaatkan transistor. Komputer ini dirancang untuk menyelesaikan segala macam pekerjaan baik yang bersifat ilmiah ataupun komersial. Karena kecepatan dan kemampuan yang dimilikinya, menyebabkan IBM 7090 menjadi sangat popular. Komputer generasi kedua lainnya adalah: IBM Serie 1400, NCR Serie 304, MARK IV dan Honeywell Model 800.
3.
Generasi Ketiga (1964-1975)
Konsep
semakin kecil dan semakin murah dari transistor, akhirnya memacu orang untuk
terus melakukan berbagai pe
Komputer yang digunakan untuk otomatisasi pertama dikenalkan pada tahun 1968 oleh PDC 808, yang memiliki 4 KB (kilo-Byte) memory dan 8 bit untuk core memory.
4.
Generasi Keempat (1975-Sekarang)
Microprocessor
merupakan chiri khas komputer generasi keempat yang merupakan pemadatan ribuan
IC ke dalam sebuah Chip. Karena bentuk yang semakin kecil dan kemampuan yang
semakin meningkat dan harga yang ditawarkan juga semakin murah. Microprocessor
merupakan awal kelahiran komputer personal.
Pada tahun 1971, Intel Corp kemudian mengembangkan microprocessor pertama serie 4004. Contoh generasi ini adalah Apple I Computer yang dikembangkan oleh Steve Wozniak dan Steve Jobs dengan cara memasukkan microprocessor pada circuit board komputer. Di samping itu, kemudian muncul TRS Model 80 dengan processor jenis Motorola 68000 dan Zilog Z-80 menggunakan 64Kb RAM standard. Komputer Apple II-e yang menggunakan processor jenis 6502R serta Ram sebesar 64 Kb, juga merupakan salah satu komputer PC sangat popular pada masa itu. Operating Sistem yang digunakan adalah: CP/M 8 Bit. Komputer ini sangat populer pada awal tahun 80-an.
IBM mulai mengeluarkan Personal Computer pada sekitar tahun 1981, dengan menggunakan Operating System MS-DOS 16 Bit. Dikarenakan harga yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan komputer lainnya, di samping teknologinya jauh lebih baik serta nama besar dari IBM sendiri, maka dalam waktu yang sangat singkat, komputer ini menjadi sangat popular.
Pada tahun 1971, Intel Corp kemudian mengembangkan microprocessor pertama serie 4004. Contoh generasi ini adalah Apple I Computer yang dikembangkan oleh Steve Wozniak dan Steve Jobs dengan cara memasukkan microprocessor pada circuit board komputer. Di samping itu, kemudian muncul TRS Model 80 dengan processor jenis Motorola 68000 dan Zilog Z-80 menggunakan 64Kb RAM standard. Komputer Apple II-e yang menggunakan processor jenis 6502R serta Ram sebesar 64 Kb, juga merupakan salah satu komputer PC sangat popular pada masa itu. Operating Sistem yang digunakan adalah: CP/M 8 Bit. Komputer ini sangat populer pada awal tahun 80-an.
IBM mulai mengeluarkan Personal Computer pada sekitar tahun 1981, dengan menggunakan Operating System MS-DOS 16 Bit. Dikarenakan harga yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan komputer lainnya, di samping teknologinya jauh lebih baik serta nama besar dari IBM sendiri, maka dalam waktu yang sangat singkat, komputer ini menjadi sangat popular.
5.
Generasi Kelima (Sekarang – Masa depan)
Pada generasi ini ditandai dengan munculnya: LSI
(Large Scale Integration) yang merupakan pemadatan ribuan microprocessor
kedalam sebuah microprocesor. Selain itu, juga ditandai dengan munculnya
microprocessor dan semi conductor. Perusahaan-perusahaan yang membuat
micro-processor diantaranya adalah: Intel Corporation, Motorola, Zilog dan
lainnya lagi. Dipasaran bisa kita lihat adanya microprocessor dari Intel dengan
model 4004, 8088, 80286, 80386, 80486, dan Pentium.
Pada generasi kelima ini, telah dilakukan
pengembangan dengan apa yang dinamakan Josephson Junction, teknologi yang akan
menggantikan chip yang mempunyai kemampuan memproses trilyunan operasi perdetik
sementara teknologi chip hanya mampu memproses miliaran operasi perdetik.
Komputer pada generasi ini akan dapat menerjemahkan bahasa manusia, manusia
dapat langsung bercakap-cakap dengan komputer serta adanya penghematan energi
komputer. Sifat luar biasa ini disebut sebagai “Artificial Intelligence”,
selain itu juga berbasis Graphic User Interface (GUI), multimedia, dan
multikomunikasi.